Sponsor

Sunday, June 23, 2013

Stereotip Orang Kampung



Se-enggak-sukanya kita sama sinetron, pasti pernah dong sesekali nonton sinetron. Se-enggak-sukanya kita sama sinetron, pasti hafal lah beberapa adegan yang sering muncul dan dimunculkan di sinetron.
Sebut saja adegan tatap-tatapan, atau hampir ketabrak mobil tapi sempet-sempetnya jerit bukannya lari, atau tentang konflik rumah tangga yang tak berkesudahan.
Tapi yang bikin saya akhir-akhir ini ‘terusik’ adalah bagian dimana tokoh pembantu, tukang ojek, pedagang sayur, atau apa lah yang menggambarkan tokoh masyarakat menengah ke bawah (status sosial dan ekonomi), biasanya digambarkan dengan memakai logat bahasa daerah yang ‘sangat’ kental sekali. Biasanya bahasa daerah yang dipakai adalah bahasa sunda atau jawa. Eh ada juga yang pakai logat betawi yang kental.
Ya seperti itu lah. Heran juga ya.
Seolah-seolah kalau belum memakai logat ke-bahasa-daerah-an yang kental rasanya belum sah.
Selain itu apa? Oh ya, sering kali orang kampung digambarkan ketika tidur hanya memakai sarung. Ya ampun sebegitunya ya.
Yang saya heran lagi, entah di sinetron atau di FTV sekalipun. Orang jawa yang digambarkan lemah lembut dan kental akan budayanya, selalu memakai atribut blangkon. Tidak selalu, tetapi sering, hampir semua. Entah blangkon, sorjan (baju adat, biasanya bercorak garis-garis warna coklat), atau pakai sepeda ontel.
Begini lho…
Memakai atribut tersebut jika hanya sekali adegan tidak masalah ya, lha dipakai terus lho di setiap adegan. Heran. Seolah-olah orang jawa itu setiap harinya memakai atribut-atribut itu? Ya nggak dong.
Saya aja sebagai orang jawa asli, tidak gitu-gitu amat kok. Apa iya setiap keseharian saya harus pakai blangkon setiap mau ke kampus, sorjan setiap mau main, dan sepeda onthel sebagai sarana transportasi? Nggak kan.
Ya sebaiknya jika ingin menggambarkan tokoh dari asal daerah bisa saja hanya pakai logat bahasa daerah, tapi jangan berlebihan. Soal atribut? boleh saja sesekali asal jangan berlebihan. Sewajarnya.
Saya kira sinetron (dan acara sejenis) sekarang masih terlalu berlebihan dalam menggambarkan tokoh. Jadinya maksa dan tidak realistis. Entah dikejar deadline tayang atau memang hanya dibuat seadanya, bukan sewajarnya.

Ilustrasi : wajibbaca.com

No comments:

Post a Comment

author
Giffari Rifki
An amateur graphic designer and illustrator, a talentless musician, an awesome weirdness. .