Hello,I'm Giffari Rifki. An amateur graphic designer and illustrator, a talentless musician, an awesome weirdness.

Sponsor

Merokok di masyarakat kita sudah menjadi kebutuhan pokok. Bagaimana tidak, menurut survei yang pernah saya baca. Banyak orang memilih untuk tidak membeli beras dan memilih membeli rokok. Lebih gemesnya lagi, mayoritas perokok adalah orang miskin.



Miskin jangan merokok
Saya yang dari lahir sudah dididik orang tua agar jauh dari rokok semakin dewasa semakin menyadari bahwa bukan hanya berbahaya terhadap kesehatan. Lebih dari itu. Merokok ini merubah pola berfikir orang yang harusnya melakukan skala prioritas kebutuhan hidup. Para perokok ini, terutama perokok miskin, memiliki kecenderungan mengesampingkan kebutuhan pokok diri sendiri bahkan keluarga.
Dari sekolah dulu saya punya banyak teman-teman yang memiliki tingkat kecerdasan yang dibawah rata-rata. Dan hampir semuanya adalah orang yang dari segini ekonomi bawah. Dan bisa dipastikan bahwa di lingkungan keluarga inti, atau di satu rumah pasti ada yang merokok. Meskipun tidak semuanya, tapi saya yakin sebagian besarnya pasti ada yang merokok. 
Kembali lagi ke persoalan : perokok lebih memilih beli rokok ketimbang beli beras. Jangankan beli beras, beli telur, daging ayam yang kaya akan protein, sayuran dan lauk-pauk bergizi lainnya saya mereka kesampingkan. Padahal, selain pola didikan yang baik, makanan yang sehat dan bergizi juga sangat menentukan pembentukan otak yang sehat sehingga tingkat kecerdasan pun meningkat. Saya yakin mereka pun tidak berpikir sesederhana ini. Ya ini menurut saya adalah pola pikir sederhana yang seharusnya orang tua pikirkan. Jika dari segi makanan saya tidak terpenuhi bagaimana bisa mereka pintar? Ya belajar yang baik dan mendapatkan didikan yang baik. Tapi apakah sesederhana itu? Tidak juga. Karena yang saya lihat, banyak dari mereka yang tidak mendapatkan didikan yang baik. Salah satunya adalah mendapatkan contoh merokok dari orang terdekat mereka, bisa ayah, ibu, atau kakek-neneknya.
Hasilnya apa? Bisa ditebak, anaknya menjadi perokok handal. Bahkan sekarang ini, setingkat sekolah dasar saja sudah berani merokok. Gila. Sedikit disclaimer ya, saya menulis ini berdasarkan pengalaman sehari-hari yang memang sangat dekat dengan masyarakat kelas ini.
Kembali lagi, anak dari keluarga miskin, merokok, ketagihan. Ya, ketagihan. Jangan lupa, rokok mengandung nikotin, zat yang memiliki efek adiktif. Efek ini saya pikir sangat berbahaya. Orang kalau sudah kecanduan sesuatu yang negatif itu bisa sangat berbahaya untuk jangka panjang.
Anak yang merokok tersebut lantas kecanduan, kemudian tidak punya uang lagi untuk membeli rokok karena dia miskin. Apa yang dilakukan? Ya melakukan kenakalan remaja. Menguntit, mencuri. Mungkin awalnya berbohong meminta uang dari orang tuanya untuk membeli sesuatu padahal untuk membeli rokok. Kemudian kecanduan lagi, akhirnya mencuri uang orang tuanya, hingga yang lebih parahnya bisa langsung mencuri rokok dari toko. Ini sudah sering sekali saya dengan kejadian disekitar saya.

Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan rokok itu sudah menjadi hal yang sangat klasik. Tidak akan pernah habis dibicarakan di debat kusir antara perokok aktif dan pasif, di iklan rokok, himbauan dibanyak tempat, hingga di buku pelajaran sekolah. Hingga saya pun sebenarnya sudah bosan sekali membicarakan ini. Tapi bagaimana jika bicara dengan sudut lain.
Saya pernah baca berita jika memang perokok tetap ditanggung BPJS selama ada indikasi medis, namun ada usulan terbaru yang mengatakan bahwa penyakit akibat rokok tidak akan ditanggung BPJS mulai 2025. alasannya adalah karena pembengkakan anggaran  alias mengurangi beban anggaran, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan agar mengurangi konsumsi rokok. Jika kita berkaca bahwa mayoritas perokok adalah yang berasal dari tingkat ekonomi bawah maka tidak heran alasan seperti ini sangat masuk akal. Sangat masuk akal lagi jika ada alasan : karena perokok pasif tidak memiliki kontrol atas paparan asap rokok yang kaya akan racun dari perokok. Mungkin kita sudah berusaha menghindari asapnya, tapi bagaimana pun di banyak tempat walaupun sedikit pasti terpapar. Ibarat kita sudah hari-hari berkendara, eh tahu-tahu ada ibu-ibu sen kanan beloknya ke kiri, lalu nabrak kita. Susah sekali dihindari. Perokok ini alih-alih sadar, malah mereka menyuruh perokok pasif yang menghindar. Fuck.

Minim etika, egois, sulit menjaga kebersihan, dan masalah mental lainnya.
Banyak dari kita yang walaupun sekali pasti pernah bersinggungan, berpapasan atau bertemu perokok dijalan, entah kita di depan atau di belakang mereka. Ya, mereka merokok sambil berkendara. Naik mobil, naik motor, atau naik kendaraan umum. Banyak, kan? Dan apa yang mereka lakukan? Santai saja seolah tidak sadar atas apa yang mereka lakukan. 
Bayangkan seorang remaja merokok sambil naik motor, di belakangnya persis ada ibu-ibu tua. Dia merokok didepan ibu-ibu, membuang asap dan abunya begitu saja. Dampaknya apa? Sudah sangat banyak sekali kejadian dijalan yang sering saya temui orang yang padahal sudah pakai helm masih saja terkena abu rokok. Sangat perih dan berbahaya. Bukan hanya satu-dua kejadian, tapi banyak.
Terlebih ketika sudah habis, puntung rokoknya langsung dibuang begitu saja dijalan. Pernah saya jumpai di depan saya rokok yang langsung membuang puntung rokoknya dan hampir mengenai saya yang saat itu saya ada di sampingnya mau menyalip karena merasa terganggu dengan paparan asap dan abunya. Sialan. Rasanya ingin mengumpat.
Jangankan dijalan. Ketika sedang merokok dimanapun, sangat sedikit dari mereka yang bisa menjaga kebersihannya. Asap dibuang sembarangan, abu berserakan dimana-mana, dan putung rokok dilempar begitu saja. Sekali lagi, ini bukan kejadian satu-dua yang saya tahu, tapi banyak.
Racun dari rokok ini sangat berbahaya. Terlebih jika terkena bayi dan anak-anak. Racun rokok bisa menempel dibaju dan di perabotan lainnya. Bayangkan jika perokok punya anak bayi. Pulang kerja (yang pastinya habis merokok) belum ganti baju langsung memeluk anak dan istrinya. Terjadilah pertukaran racun hingga ke anaknya. Racun ini sangat berbahaya dampaknya. Hal ini pun bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terlebih pada bayi. Jika hal itu terjadi, siapa yang rugi? Semuanya rugi, rugi waktu, tenaga dan uang. Dan saya sangat yakin banyak dari mereka yang tidak berpikir jauh sampai kesini.
Dari beberapa contoh kejadian tidak mengenakkan, bisa sedikit kita mengambil kesimpulan sederhana bahwa perokok ini (kebanyakan) adalah orang yang minim etika, mementingkan kepuasan diri sendiri, mereka tidak peduli orang di sekitarnya yang sudah pasti dirugikan, hingga orang-orang ini tidak bisa menjaga kebersihan diri sendiri dan sekitarnya.

Halal, haram.
Berbicara halal dan haram, memang hal ini sudah sering menjadi perdebatan yang berujung menggantung. Ada yang menghalalkan, ada yang mengharamkan. Sebenarnya banyak hal yang bisa menentukan apakah ini haram atau halal, Namun, dengan memakai logika sederhana saja seharusnya sudah bisa menilai apakah ini haram atau tidak. Misalnya, jika hal itu banyak mudhorotnya, maka hal itu haram. Sesederhana itu seharusnya. Maka, kita bisa menilai apakah rokok itu halal atau haram. Atau ada yang cari aman pada pilihan ketiga, makruh. Silakan nilai sendiri ya.

Alasan klise.
Perokok jika diajak debat biasanya gemar beradu alasan yang seharusnya sudah bisa dijawab dengan data. Mereka punya salah satu alasan yang kerap kali dilontarkan sebagai andalan : rokok adalah penyumbang terbesar pajak Indonesia.
Yap benar sekali. Tapi udah 2025 lho ini. Tidak ada alasan lain? Apa alasan-alasan tadi kurang cukup masuk akal? Mereka selalu berdalih dan selalu berpikir ini adalah alasan yang kuat padahal alasan soal kesehatan diri sendiri dan orang lain, ego, etika, dan kebersihan diri sendiri dan lingkungan lebih masuk akal ketimbang memikirkan pajak Indonesia. 
Dan ada satu lagi yang bikin saya cukup geram. Mereka selalu bilang : kenapa gak tutup pabriknya saja? Bisa dibayangkan kualitas orang yang berpikir demikian, kan? Ironisnya, bapak saya yang tidak merokok pun pernah bilang demikian. Tidak semudah itu menutup pabrik rokok punya ribuan karyawan. Dampak lain adalah perusahaan harus menyiapkan kompensasi yang cukup besar hingga pemerintah harus menyiapkan transisi ekonomi bagi para pekerja yang terdampak. Salah satunya menyiapkan program pelatihan dan menyiapkan dan menciptakan lapangan kerja alternatif. Akibatnya nambah lagi anggaran-anggaran yang terbuang.
Menurut saya, hal ini bisa dilakukan bilamana semua pihak yang sekiranya terlibat harus saling mendukung dan sudah menyiapkan solusi dengan matang, tidak lantas dengan waktu singkat menutup pabrik begitu saja. Mustahil.
Oleh karena itu, perubahan besar bisa terwujud dengan dimulai dari perubahan yang kecil. Mulailah bertanggung jawab dengan diri sendiri. Pelan tapi pasti, bulatkan tekat dan niat yang kuat untuk berhenti. 

Bertanggung-jawab
Merokok adalah perilaku yang harus didasari sikap tanggung jawab penuh atas risiko dan dampaknya. Merokok juga butuh kesadaran atas konsekuensi tindakan yang dilakukan. Oleh karenanya, saya berani katakan, akan sangat sulit meniadakan rokok apalagi sampai membunuh pabrik-pabriknya. Ingat hey, rokok adalah salah satu penyumbang terbesar pajak indonesia. Sampai-sampai kalimat ini menjadi andalan para perokok untuk ngeles dan menjadi alasan yang itu-itu saja. Udah 2025 hey, ganti dong alasannya. Nah oleh karena itu, seorang perokok haruslah orang yang bertanggung-jawab. Bertanggung jawab atas asapnya, abunya, sampah puntung rokoknya. Bertanggung jawab dengan orang di sekitarnya untuk tidak mengambil hak mereka. Bertanggung jawab terhadap lingkungan untuk menciptakan udara yang bersih dan tanah-tanah bebas dari zat racun berbahaya dari rokok dan bertanggung jawab atas risiko ekonomi setiap individu. Kesimpulannya, merokok memang pilihan masing-masing tetapi memang harus didasari rasa tanggung jawab yang besar. Saya sebenarnya tidak melarang merokok, asal pada tempatnya dan saling menghargai orang yang tidak merokok. Karena ada hak-hak orang yang harus kita hormati.




Ngomong-ngomong soal legalitas, terutama soal software, jujur saja, selama ini memang saya belum pernah sama sekali membeli software secara legal. Pernah sih kepikiran buat beli agar supaya ketika menghasilkan uang dari software tersebut, apa yang saya dapat menjadi lebih halal. Harapannya sih begitu...

Nah tiba-tiba...

Di masa pandemi Covid-19 ini pengembang software desain Serif mendiskon setengah harga produk-produk unggulannya. Antara lain Affinity Designer, Photo, dan Publisher. Sebelumnya karena saya sudah pernah mencoba Affinity Designer dengan versi bajakan, akhirnya saya tergerak untuk membelinya, mumpung ada diskon hehe.

Singkatnya...

Wah gila! Gini toh rasanya beli software resmi, asli, alias gak bajakan. Hati jadi tentram, bikin sesuatu jadi nyaman, gak ada beban. Yah minimal saya sudah ada upaya lah untuk membeli software legal. Semoga akan berlanjut untuk membeli software-software selanjutnya.



Akhir-akhir ini sedang marak akan berita-berita dan obrolan tentang politik. Yang menggelitik tentunya. Bertepatan dengan tahun politik, ada sebuah partai baru yang bernama PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang diketuai Grace Natalie. Saya pribadi sebelumnya tidak begitu tertarik dengan obrolan tentang partai politik. Sampai akhirnya akhir-akhir ini saya setiap membuka laman instagram dan youtube ada beberapa video yang trending tentang iklan partai baru yang sedikit konyol. Saya pernah melihatnya beberapa kali di televisi sebenarnya.

Sampai akhirnya sekarang ini ada beberapa yang membuat reactionnya di youtube. Karena penasaran akhirnya saya tonton dong. Kemudian rasa penasaran saya pun berlanjut di kolom komentar, karena di dalam kolom komentar biasanya lebih seru dari pada isi videonya. Benar saja, didalam kolom komentarnya kebanyakan memang berisi respons negatif tentang iklan tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa iklan tersebut jelek, konyol, tidak bermutu, aneh, flat, krik-krik, garing, dan sebagainya.





Ngomong-ngomong soal kepribadian, dari dulu memang saya agak susah mendeskripsikan bagaimana kepribadian saya. Maksudnya begini, ketika disuruh menjelaskan bagaimana kepribadian saya ke orang lain, disitulah saya mengalami kesulitan. Kadang saya merasa nyaman dengan kesendiran, kadang juga nyaman dengan suasana ramai dengan teman-teman.
Akhirnya dicoba-cobalah saya mengisi tes kepribadian di situs www.16personalities.com. Pertanyaan demi pertanyaan mulai saya jawa satu per satu, soal kepribadian tentunya. Akhirnya sampailah dihasil.
Dan begini hasilnya...
Mengutip juga dari situs tersebut, begini penjelasan mengenai tipe kepribadian Petualang.

Tipe kepribadian petualang adalah seniman sejati, tetapi bukan seperti gambaran umum seniman yang hanya keluar melukis tiga pohon kecil yang indah. Walaupun seringkali mereka memang mampu melakukannya dengan sangat baik. Sebaliknya, maksudnya adalah bahwa mereka menggunakan estetika, desain dan bahkan pilihan dan tindakan mereka untuk memanfaatkan sebesar mungkin konvensi sosial. Kepribadian Petualang senang mengacaukan harapan tradisional dengan eksperimen dalam keindahan dan perilaku – kemungkinannya adalah, mereka mengekspresikan frasa “Jangan kurung saya!” lebih dari satu kali.
SENANG MENJADI DIRI SENDIRI
Petualang menjalani hidup yang penuh warna, dunia yang sensual, diinspirasikan oleh hubungan dengan orang-orang dan ide-ide. Kepribadian Petualang senang menafsirkan ulang hubungan tersebut, menemukan kembali dan bereksperimen dengan diri mereka dan perspektif baru. Tidak ada tipe kepribadian lain yang mengeksplorasi dan bereksperimen dengan cara ini lebih mereka. Hal ini menciptakan rasa spontanitas, membuat Petualang tampak sulit ditebak, bahkan bagi teman dekat dan orang yang dicintainya.
Walaupun begitu, Petualang ini pasti Introvert, mengherankan teman mereka saat mereka menjauhi perhatian orang untuk menyendiri dan memulihkan energi. Hanya karena mereka sendirian, bukan berarti orang dengan tipe kepribadian Petualang ini hanya duduk diam – mereka menggunakan waktu ini untuk introspeksi, menilai dan mengevaluasi ulang prinsip mereka. Alih-alih berkutat pada masa lalu atau masa depan, Petualang memikirkan siapa diri mereka. Mereka kembali dari 'pertapaan', berubah.
Petualang menjalani hidup untuk menemukan cara memenuhi gairah mereka. Perilaku yang lebih berisiko seperti berjudi atau olahraga ekstrem merupakan hal biasa bagi tipe kepribadian ini dibandingkan dengan yang lain. Untungnya, penyesuaian diri mereka dengan keadaan saat ini dan lingkungan mereka memungkinkan mereka bertindak lebih baik daripada sebagian besar yang lain. Petualang juga senang terhubung dengan orang lain, dan memiliki pesona yang sangat menarik.

Petualang selalu tahu pujian untuk melembutkan hati yang sudah siap menyebut mereka sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan ceroboh.
Namun, jika kritik benar-benar terjadi, hasilnya bisa buruk. Sebagian Petualang dapat mengatasi komentari yang dirangkai dengan baik, menilainya sebagai perspektif lain untuk mendorong memenuhi gairah mereka pada arah yang baru. Namun jika komentar tersebut lebih menusuk dan kurang dewasa, kepribadian Petualang dapat marah dengan cara yang luar biasa.
Petualang sangat peka terhadap perasaan orang lain dan menghargai keharmonisan. Ketika dihadapkan pada kritik, itu merupakan tantangan bagi orang dengan tipe kepribadian ini untuk menjauh cukup lama dari keadaan itu agar tidak terjebak dalam suasana panas. Tetapi menjalani keadaan saat ini bergerak dalam kedua arah, dan setelah emosi perdebatan yang tinggi mulai mendingin, Petualang biasanya dapat menganggap yang lalu biarlah berlalu dan melanjutkan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

MAKNA ADA DALAM SETIAP EKSPRESI KEHIDUPAN
Tantangan terbesar yang dihadapi Petualang adalah merencanakan masa depan. Menemukan cita-cita konstruktif untuk mendasari tujuan mereka dan berupaya mencapai tujuan yang menciptakan prinsip positif bukanlah tugas kecil. Tidak seperti sebagian tipe kepribadian lain, Petualang tidak merencanakan masa depan mereka dalam hal aset dan pensiun. Sebaliknya, mereka merencanakan tindakan dan perilaku sebagai konstribusi terhadap rasa identitas, membangun portofolio pengalaman, bukan portofolio stok.
Jika tujuan dan prinsip ini mulia, Petualang dapat bertindak dengan kemurahaan hati dan kerelaan yang menakjubkan – tetapi dapat juga terjadi bahwa orang dengan tipe kepribadian Petualang membentuk identitas yang lebih terpusat pada dirinya, bertindak mementingkan diri sendiri, manipulasi dan egoisme. Penting bagi Petualang untuk secara aktif ingat menjadi orang yang mereka inginkan. Mengembangkan dan mempertahankan kebiasan baru mungkin tidak muncul secara alami, tetapi menggunakan waktu setiap hari untuk memahami motivasi mereka memungkinkan kepribadian Petualang untuk menggunakan kekuatan mereka mengejar apa pun yang mereka sukai.

Ya semoga dengan hasil tes kepribadian ini saya bisa menjelaskan tentang bagaimana diri saya ke orang lain.

https://www.16personalities.com/id/kepribadian-isfp
    


Ilustrasi khatib. Sumber gambar : http://warohmah.com/khutbah-jumat/

Tersebutlah, ada seorang lelaki seperempempat abad dan seorang bapak yang di kampungnya adalah tokoh masyarakat. Anggaplah seperti ustadz, karena sering kali beliau mengisi pengajian dan beberapa kali menjadi imam saat sholat idul fitri. Usia-nya terpaut sangat jauh dengan lelaki itu, jika dihitung dengan bilangan pun usianya sudah senja. Tetapi jangan salah, walaupun begitu jalan pikirannya masih sangat tajam dan terasah.

Suatu hari pada hari jumat, sudah waktunya sholat jumat. Panggilan sholat jumat sudah menggema dimana-mana sekitar jam 11.55. Lelaki itu kemudian bergegas dan bersiap ke masjid. Tidak lama kemudian waktu sudah menunjukkan kurang lebih pukul 12.05. Sesampainya di masjid, diketahui bahwa yang menjadi khatib untuk sholat jumat adalah bapak itu.

Karena sudah merasa terlambat, pemuda itu berfikir sebentar lagi sudah waktunya iqomah. Kemudian dia langsung duduk di barisan tengah disebelah kiri. Tidak disangka, bapak yang menjadi khatib pun tiba-tiba memanggil seseorang dan menyuruhnya untuk melakukan sholat sunnah dahulu. Beberapa jamaah langsung menoleh ke belakang, ke samping kiri, dan melihat kedepan mencari tau siapa yang dimaksud. Lelaki itu sadar yang di maksud beliau adalah dia sendiri. Di depan banyak jamaah sholat jumat, khatib menegur dengan lantang.



Dewasa ini, kemudahan untuk mendapatkan informasi secara cepat dalam benar-benar kita rasakan. Lima tahun yang lalu misalnya, berita online memang sudah bisa kita akses di handphone (smartphone) dan komputer. Namun tetap saja harus membuka browser untuk mengaksesnya. 
Kemudahan dan tuntutan untuk mendapatkan informasi secara cepat mungkin adalah dorongan mengapa seiring dengan di ciptakannya dan berkembangnya OS mobile dan desktop banyak aplikasi-aplikasi news reader. Faktor itulah yang mungkin mendorong para penulis berita (dalam hal ini jurnalis media online) untuk sesegera mungkin mendapatkan berita dan menuliskannya. Namun kadang kala hal itu tidak di imbangi dengan kualitas berita yang di tulisnya di media. Entah media yang sudah punya nama maupun media yang masih baru.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup saya. Mungkin sedikit berlebihan dan hanya berbagi cerita saja.
Akhir tahun saya mencoba peruntungan saya untuk mengikuti lomba desain logo Rumah Sakit Yasmin yang ada di Banyuwangi. Awalnya belum menemukan ide dan konsep yang pas. Kalau tidak salah hari itu tanggal 22 Desember 2016, deadline pengumpulan karya via Instagram. Baru teringat bahwa saya belum mengerjakannya. Buru-buru saya mengerjakan, dimulai sekitar pukul 10 malam.



Istilah artis tentunya sudah sering kita dengar di dalam kehidupan sehari, termasuk dari media televisi, radio, media cetak, maupun yang sedang ngetren adalah media online (internet). Di Indonesia sendiri istilah artis sering di pergunakan dalam sebuah acara infotainment untuk menyebut orang yang pekerjaannya berakting, menyanyi di layar kaca, dan bahkan kadang-kadang penyebutannya untuk orang yang ‘pernah’ muncul di layar kaca televisi. Entah hanya muncul sebentar maupun yang sudah sering. Menurut saya masyarakat ini mungkin belum menilik kembali asal-muasal katanya.




Bingung ya baca judulnya yang Baca Gak Baca Pengen Baca? hehe sengaja bikin bingung kok. Sekedar mau cerita saja ya. Kebiasaan kecil saya dulu sampai sekarang kalau sedang ada waktu luang atau pergi tapi bingung mau kemana pasti pengennya ke toko buku. Entah cuma mau baca-baca secara gratis atau beli buku, kalau ada uang. Buku yang bikin saya tertarik biasanya buku sejarah, sosial, self-improvement, psikologi, desain, periklanan, dan komik tentunya.



“Sedia Sarapan Pagi…”
“Sedia Menu Sarapan Pagi…”
“Sarapan Pagi, Sedia Bubur Ayam dan Nasi Kuning, dll”
Selamat pagi! Mengawali jumat pagi saya mau bahas satu bahasan yang sudah lama pengen saya posting.



“Kalau kita flashback ke belakang…”
“Mungkin kita bisa flashback ke belakang…”
“Coba sedikit flashback ke belakang…”
author
Giffari Rifki
An amateur graphic designer and illustrator, a talentless musician, an awesome weirdness. .